top of page

Alexandra Arvia Dorong Mahasiswa untuk Lawan Insecurity, Si Penghalang Kebahagiaan

Pada dasarnya, tidak ada manusia yang memiliki karakteristik atau perilaku sempurna. Oleh karena itu, kekurangan merupakan aspek diri yang akan selalu melekat pada individu, entah itu kekurangan dalam segi penampilan, kepribadian, kecerdasan, sosial, finansial, dan lain-lain. Memiliki kekurangan berarti seseorang memiliki ruang untuk bertumbuh. Namun, seringkali kekurangan dijadikan sebagai tolak ukur penghargaan diri. Contohnya, seorang siswa yang menilai dirinya tidak berharga karena nilai ujiannya berada di bawah ekspektasi.

Perasaan dimana individu merasa tidak berharga disebut sebagai insecurity.Ā Fenomena ini banyak dialami oleh dewasa muda (usia 18-25 tahun) karena individu mengalami berbagai fase transisi dalam kehidupan, seperti pembentukkan jati diri, penentuan karir atau studi, pembangunan hubungan dengan orang lain, dan lain-lain. Pada fase ini, individu sering mengalami keraguan, ketidakpastian, dan membandingkan diri sendiri dengan lingkungan sekitarnya. Jika rasa insecurity tidak dihadapi dengan cara yang tepat, individu dapat merasa cemas, kehilangan harapan, dan bahkan mengalami depresi

Pada hari Jumat, 22 April 2022, Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) menyelenggarakan talkshowĀ bertemakan ā€Say No to Insecurity, Let’s Show Your Abilityā€ untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan mental serta menumbuhkan kepercayaan diri pada 109 mahasiswa. Narasumber dalam talkshow ini adalah Alexandra Arvia, M.Psi., Psikolog Klinis, founder dari dr.Love. dr.Love memiliki spesialisasi pada topik self-love, emotional health, dan love relationship.


Arvia, begitu panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa perasaan insecure dapat berperan sebagai dorongan yang positif maupun negatif untuk seseorang. Rendahnya kepercayaan diri dapat meningkatkan keinginan belajar dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain, rasa takut, cemas karena insecure yang berlebihan dapat membuat seseorang menjadi perfeksionis, irasional, dan enggan untuk mengembangkan dirinya.

Arvia juga menambahkan bahwa orang dengan insecurity cenderung mudah berasumsi secara negatif, overthinking (memikirkan kemungkinan terburuk), menghakimi, dan menolak hal-hal positif yang terjadi pada dirinya. Hal ini dapat mengganggu produktivitas sehari-hari, pola tidur, dan hubungan sosial apabila tidak diatasi. Ia juga mengajak para mahasiswa untuk merefleksikan penyebab munculnya perasaan insecure ini, seperti adanya toxic people atau pola asuh orangtua.

Setelah menyampaikan pentingnya mengatasi rasa insecure, Arvia membagikan berbagai tips bagi para mahasiswa untuk memulai perjalanan mencintai diri sendiri (self-love) mereka. Tidak hanya itu, Ia juga mengenalkan perbedaan growth mindset dan fixed mindset yang dapat membantu mahasiswa untuk merespon terhadap tantangan.Ā Dengan adanya talkshow ini, Arvia berharap bahwa mereka dapat merefleksikan pandangan negatif terhadap diri dan mulai fokus pada proses dibandingkan hasil.



Ā 
Ā 
Ā 

Commentaires


©2022 oleh Relive Psychological Service Center. Dibuat dengan bangga menggunakan Wix.com

bottom of page