top of page

Heart Space: Mulai Lawan Overthinking dengan Ruang yang Aman

Overthinking terjadi ketika kita menggunakan banyak waktu untuk memikirkan atau menganalisis sesuatu secara berlebihan. Membuat 20 skenario saat bertemu dengan doi, takut akan presentasi yang gagal, merasa bahwa orang lain sedang mengkritik kita, kita semua pernah mengalaminya. Bahkan, sosiolog Susan Nolen-Hoeksema menyebut 73% dari orang berusia 25 hingga 35 tahun mengalami overthinking dalam kesehariannya. Artinya, overthinking telah menjadi bagian dari kehidupan normal bagi hampir setiap orang.

Berbeda dengan refleksi diri dan analisis, overthinking membuat seseorang menetap dalam rasa khawatir, biasanya terjadi karena memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat muncul. Tidak hanya itu, overthinking pada umumnya tidak menghasilkan solusi karena pikiran negatif tersebut berulang dan bahkan bercabang ke topik masalah yang baru. Singkatnya, berpikir dapat menghasilkan pemahaman, rencana, dan keputusan, sedangkan berpikir berlebihan menghasilkan kecemasan dan perasaan terjebak.

Pada hari Jumat (20/06/25), Relive Psychological Service dan dr.Love berhasil menyelenggarakan program Heart Space pertama dengan tema ā€œOverthinkingā€. Heart Space merupakan program Peer Support Group yang dirancang untuk menciptakan ruang yang aman dan hangat bagi remaja hingga dewasa yang membutuhkan dukungan psikologis. Sejalan dengan visi tersebut, organisasi Kesehatan mental UC Counseling Buddy dari Universitas Ciputra Surabaya turut berperan sebagai fasilitator dalam kesempatan ini.

ā€œThe art of creating problems that weren’t even there,ā€Ā kutip Alexandra Arvia, M.Psi., Psikolog Klinis saat mendeskripsikan konsep overthinking. Arvia menjelaskan bahwa sering kali masalah timbul bukan dari keadaan sesungguhnya, melainkan pikiran yang diciptakan oleh diri sendiri. Setelah itu, peserta Heart Space diajak untuk berefleksi tentang ciri-ciri, jenis, dan penyebab dari overthinking yang mereka alami.

Tampaknya sederhana, overthinking ternyata dapat disebabkan oleh pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu. Contohnya adalah pengalaman traumatis, pola asuh otoriter, penolakan dari orang lain, dan lain-lain. Selain itu, overthinking juga dikaitkan dengan beberapa gangguan Kesehatan mental, seperti gangguan depresi, generalized anxiety disorder (GAD), obsessive-compulsive disorder (OCD), panic disorder, post-traumatic stress disorder (PTSD), dan social anxiety disorder (SAD). Oleh karena itu, pentingnya seseorang untuk merefleksikan gejala dan penyebab yang dialami.

Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā  Usai sharing materi, peserta dibagi ke dalam kelompok kecil. Bersama fasilitator dari UC Counseling Buddy, Relive, dan dr.Love, peserta diajak untuk menggali penglaman dan perasaan mereka, serta strategi untuk mengatasi overthinking. Pengalaman peer support groupĀ diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk keluar dari zona nyaman dan menghilangkan perasaan kesepian, seperti yang diucapkan salah satu peserta,Ā ā€œAcara yang rugi banget kalau nggak diikuti, karena mulai ce Via dan teman-teman fasil udah kasih event online yang super-meaningful, dan banyak belajar cara self-control kalau lagi overthinking. Aku, yang lagi struggle buat self-control jadi merasa dapet support dari temen-temen PSG!ā€


Ā 
Ā 
Ā 

Comments


©2022 oleh Relive Psychological Service Center. Dibuat dengan bangga menggunakan Wix.com

bottom of page